Sabtu, 02 Agustus 2014

KEN SI TUPAI



Oleh Kiki Lie

Malam telah tiba. Semua binatang penghuni desa Sabio mulai beristirahat di rumah masing-masing kecuali Ken si tupai. Di salah satu ruang dalam liang bawah tanah, dia masih asyik bermain peran. Kali ini Ken bermain peran sebagai tentara. Dia merayap dengan membawa senapannya ditengah ruang tamu remang-remang.
Prang.... terdengar bunyi barang terjatuh ke lantai. Rupanya tanpa sengaja Ken menabrak vas bunga di ruang tamu.
“Aduuuhhh…. Gawat! Musuh bisa tahu kita menyerang markas mereka. Ayo kabur!” Ken memberi perintah pada pasukan imajinasinya.
Suara gaduh itu membuat Kak Nikky terlompat kaget bangun dari tidur.
“Ken, apa itu yang jatuh?” tanya Kak Nikky sambil keluar dari kamar. “Ken!! Kak Nikky kan sudah bilang sekarang waktunya tidur.
“Lagi seru nih, Kak,” Ken berdalih.
“Ayo, sekarang bereskan dulu pecahan vas bunganya, lalu tidur,” kata Kak Nikky dengan nada kesal.
“Tidak mau. Kak Nikky saja yang bereskan,” ujar Ken meninggalkan Kak Nikky begitu saja. Pergi menyusuri liang bawah tanah menuju kamarnya.
“Ken.... Ken....” Kak Nikky berusaha memanggil, tapi Ken tidak menghiraukannya. “Emmm....” Kak Nikky menghela napas sambil membereskan pecahan vas bunga itu.
Keesokan harinya, Kak Nikky bersiap-siap hendak ke kebun kacang. Sebelum berangkat, ia mencari Ken di kamarnya.
“Ken di mana ya?” tanya Kak Nikky di dalam hati. “Emm.... kamarnya berantakan sekali.”
Dilihatnya selimut tidak dilipat kembali. Mainan berserakan di atas lantai. Buku-buku cerita berserakan di sana-sini tidak disimpan dalam keranjangnya, dan tempat sampah penuh. Padahal setiap hari Kak Nikky selalu mengingatkan Ken agar membereskan kamarnya. Ia berharap Ken meniru apa yang biasa dilakukannya. Tapi nasihat itu tak pernah dipedulikan oleh Ken. Tampak Ken datang dari kamar mandi.
“Ken, kamarmu berantakan sekali. Tolong dirapihkan ya,” ucap Kak Nikky. “Kakak pergi dulu sebentar ke kebun kacang,”
“Tidak mau,” kata Ken sambil mengeluh.
Kak Nikky menghela napas, meninggalkan Ken yang bermalas-malasan di kamar.
“Huh.... bosan. Lebih baik main keluar saja deh. Tapi....” Ken tampak ragu untuk keluar dari liang bawah tanah. Ken belum hapal dengan jalur keluar liang mereka yang baru. Ayah Ken menggali terowongan panjang. Terowongan itu menghubungkan ruang satu dengan ruang lain. Ken khawatir tersesat.  
“Peta buatan Kak Nikky ada dimana ya?” keluh Ken.
Akhirnya Ken tidak mau pusing. Ia yakin bisa keluar liang tanpa peta.
Ken tergesa-gesa menyusuri terowongan. Rasanya tidak sabar ingin segera bermain di luar sana dan menikmati kehangatan sinar matahari.
Pemandangan di dalam terowongan sama. Hanya tanah berbatu dan gelap. Karena itu tanpa sadar Ken melewatkan persimpangan ke arah keluar liang.
“Emm…. ini di mana ya? Sepertinya aku tersesat.” Ken takut. Dia juga tak bisa kembali ke kamarnya. Ia mulai menangis, menyesal tidak membawa peta. Tapi menangis terus tak ada gunanya. Tak ada yang mendengar. Maka diingat-ingatnya jalan yang dia lalui tadi.
“Oiya…. kayaknya aku melewati persimpangan tadi. Mungkin itu jalan keluarnya,” pikir Ken. Tangisannya pun reda.
Perlahan dia berjalan mencari persimpangan yang dilewatinya tadi. Kini dihadapannya terdapat sebuah persimpangan. Ia masih ragu. Tidak ada sedikitpun tanda ataupun bau yang ditinggalkan Kak Nikky dapat dia temukan.  Dia ingat pesan Ayah agar liang tetap bersih demi keselamatan mereka dari incaran anjing hutan. Dicobanya menyusuri jalan yang satunya.
Di depan pintu keluar, Ken melihat Kak Nikky yang baru saja pulang dari kebun kacang. Kak Nikky sedang menggosokkan kakinya pada rumput dan membersihkan setiap kotoran di pintu masuk, sehingga ia tidak membawa lumpur ke dalam liang. Lalu Ken memeluk Kak Nikky.
“Ken, kamu habis nangis? Kenapa?” Kak Nikky bertanya.
“Kak, tadi Ken sempat tersesat di dalam sana,” Ken mengeluh manja.
“Kamu tidak membawa peta?” tanya Kak Nikky.
“Aku lupa di mana menyimpannya, Kak,” Ken mengakui.
Kak Nikky tersenyum. Mungkin setelah kejadian ini, Ken akan lebih tertib. Ia pun menemani Ken bermain di taman desa. Mereka bermain dengan gembira.

---o0O0o---

THE FACT!
Bagi tupai, ketertiban adalah persoalan hidup dan mati. Pada pintu masuk liangnya, tupai tidak pernah meninggalkan kotoran. Bila ada kotoran, anjing hutan akan mudah akan menemukan tempat persembunyian si tupai. si anjing hutan akan menunggu untuk menyerang bila nanti tupai itu meninggalkan liang! Dengan menjaga pintu masuknya tetap bersih, tupai memiliki liang yang tersembunyi dan terlindung dari bahaya.
Ketertiban bukan hanya melindungi kehidupan tupai, namun juga memungkinkan liangnya tetap bersih dan rapi. Tupai menggosokkan kakinya pada rumput sebelum memasuki liang dan membersihkan setiap kotoran di pintu masuk, sehingga ia tidak membawa lumpur ke dalam liangnya.
Tupai menggali liang di bawah tanah dengan terowongan menghubungkan ruang demi ruang. Meskipun tupai berlari cepat melalui terowongan itu, badannya tidak kotor. Ia membuat terowongan itu cukup lebar, sehingga bulu-bulu tubuhnya tetap bersih saat melewati terowongan itu. Semakin besar tupai itu, semakin besar pula ia membuat terowongan, sehingga liangnya tetap bersih dan rapi.
Tupai membuat berbagai kamar sesuai dengan kedalaman tanah. Ada ruang tidur, ruang penyimpanan, dan bahkan ruang perawatan anak. Di liangnya, tupai mempunyai tempat untuk segala sesuatu, dan selalu menjaga setiap hal tetap pada tempatnya. Ia membawa helai-helai rumput dan dedaunan yang tepat agar kasurnya tidak terlalu basah atau terlalu kering. Namun, tupai tidak akan menyimpan makanan di kamar tidurnya, atau meninggalkan remah-remah di kasurnya! Ia tidak akan seceroboh itu.
Tupai juga punya dapur. Namun, ia tidak akan membawa rumput ke dapur! Ia membawa biji-bijian, kacang-kacangan, buah beri, jagung dan gandum serta menyimpannya di tempat khusus, seperti lemari dapur. Tupai tidak mencampur-adukkan makanannya, namun menyimpannya secara terpisah dan teratur.
Tupai juga mempunyai kamar mandi. Bila kotorannya sudah menumpuk, tupai mengeluarkannya dan membuangnya jauh-jauh, agar liangnya tidak berbau. Ini sangat penting, karena kalau anjing hutan mencium bau kotoran si tupai, ia akan menemukan liang tupai itu. Tupai menjaga kamar mandinya tetap bersih karena ia tidak ingin ketika meninggalkan liang suatu hari ternyata masuk ke mulut anjing hutan atau kucing hutan yang kelaparan!
Setiap kali meninggalkan liang untuk mencari makanan, tupai terancam bahaya dimakan elang, anjing hutan atau pemangsa lainnya. Karena itulah tupai membawa sebanyak mungkin makanan dalam mulutnya. Tupai mengaturnya serapi mungkin dalam mulutnya, sehingga ia dapat membawa sekaligus sampai 31 biji jagung atau 32 kacang beech atau 65 biji bunga matahari atau 145 biji gandum! semakin banyak makanan yang dapat dibawanya, semakin jarang ia harus melakukan perjalanan berbahaya. Bagi tupai, ketertiban benar-benar perkara hidup dan mati.
Sumber : Character First! Seri Pendidikan 1, Buku 6.